JOGJA NOISE BOMBING FESTIVAL 2016
JNB FEST 2016, GELARAN FESTIVAL NOISE INTERNASIONAL DI YOGYAKARTA
Noise yang bisa diidentikkan sebagai berisik atau bising, mungkin merupakan sebuah hal yang tidak diinginkan dalam sebuah komposisi lagu. Sebisa mungkin sebuah komposisi lagu menghilangkan unsur noise didalamnya. Akan tetapi lain hal nya apabila bebunyian berisik tersebut kemudian diolah dan dikomposisikan sebagai menu utama sebuah karya musik yang disebut Noise.
Sebelum itu mungkin kita bertanya-tanya, apakah Noise bisa disebut sebagai musik? Di Indonesia mungkin akan sulit menemukan rujukan mengenai Noise sebagai bagian dari musik, dan kebanyakan yang bermain Noise pun tidak terlalu memusingkan hal tersebut. Tapi kini merujuk ke laporan tugas akhir program studi S-1 jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia yang berjudul JOGJA NOISE BOMBING: KOMUNITAS EXPERIMENTAL-NOISE DI JOGJAKARTA yang disusun oleh Annamira Sophia Latuconsina, secara akademik jawaban atas pertanyaan tersebut sudah mulai tercerahkan.
Jogja Noise Bombing sendiri sebagai sebuah kolektif yang terbuka untuk penggemar musik Noise telah menggelar beberapa acara semisal workshop membuat alat, pameran, bermain di area publik, diskusi, screening film tentang Noise, mengorganisir tour pemain Noise baik dalam maupun luar Indonesia serta menginisiasi sebuah festival tahunan bertajuk, Jogja Noise Bombing Festival. Kegiatan kolektif ini telah menarik perhatian media massa bahkan sampai ke belahan dunia lain, semisal The Wire sebuah majalah seni musik kontemporer terkemuka dari Inggris pernah memuat artikel mengenai kolektif ini di edisi Desember 2015.
Adapun Jogja Noise Bombing Festival yang telah digelar beberapa kali ini tak hanya menampilkan artis Noise dalam negri tapi juga dari penjuru dunia. Festival bertaraf internasional ini tercatat pernah diikuti oleh artis Noise dari Amerika, Jepang, Singapura, New Zealand, Hongkong, Australia, Inggris, Malaysia, Perancis dan lain lain. Tahun 2016 ini Jogja Noise Bombing bekerjasama dengan iCAN (Indonesia Contemporary Art Network) yang menyediakan galeri seni mereka di jalan Suryodiningratan no. 39 sebagai tempat untuk festival ini yang digelar pada hari Jumat, 22 Januari 2016 mulai pukul 19.00 WIB.
Adapun artis Noise yang akan bermain di festival tahun ini adalah:
Bob Ostertag (USA)
Timeghost (USA)
Wayan Mižu Sumitro (Slovakia)
Artmosf (Muara Enim)
RJML (Solo)
R.E.D (Singapore)
GHORA (Singapore)
Remon Red (Jakarta)
Division Fracture (Jakarta)
Annisa of Sarana (Samarinda)
KVMSY (Bandung/YK)
Gigih Kurnia (Ponorogo)
Lintang Radittya of Kenalirangkai Pakai
Coffee Faith
Palasick
Satya Prapanca
Menstrual Synthdrone
Opening act: Wounded Hand
VJ: 3GP
#JNBfest2016
Sebelum itu mungkin kita bertanya-tanya, apakah Noise bisa disebut sebagai musik? Di Indonesia mungkin akan sulit menemukan rujukan mengenai Noise sebagai bagian dari musik, dan kebanyakan yang bermain Noise pun tidak terlalu memusingkan hal tersebut. Tapi kini merujuk ke laporan tugas akhir program studi S-1 jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia yang berjudul JOGJA NOISE BOMBING: KOMUNITAS EXPERIMENTAL-NOISE DI JOGJAKARTA yang disusun oleh Annamira Sophia Latuconsina, secara akademik jawaban atas pertanyaan tersebut sudah mulai tercerahkan.
Jogja Noise Bombing sendiri sebagai sebuah kolektif yang terbuka untuk penggemar musik Noise telah menggelar beberapa acara semisal workshop membuat alat, pameran, bermain di area publik, diskusi, screening film tentang Noise, mengorganisir tour pemain Noise baik dalam maupun luar Indonesia serta menginisiasi sebuah festival tahunan bertajuk, Jogja Noise Bombing Festival. Kegiatan kolektif ini telah menarik perhatian media massa bahkan sampai ke belahan dunia lain, semisal The Wire sebuah majalah seni musik kontemporer terkemuka dari Inggris pernah memuat artikel mengenai kolektif ini di edisi Desember 2015.
Adapun Jogja Noise Bombing Festival yang telah digelar beberapa kali ini tak hanya menampilkan artis Noise dalam negri tapi juga dari penjuru dunia. Festival bertaraf internasional ini tercatat pernah diikuti oleh artis Noise dari Amerika, Jepang, Singapura, New Zealand, Hongkong, Australia, Inggris, Malaysia, Perancis dan lain lain. Tahun 2016 ini Jogja Noise Bombing bekerjasama dengan iCAN (Indonesia Contemporary Art Network) yang menyediakan galeri seni mereka di jalan Suryodiningratan no. 39 sebagai tempat untuk festival ini yang digelar pada hari Jumat, 22 Januari 2016 mulai pukul 19.00 WIB.
Adapun artis Noise yang akan bermain di festival tahun ini adalah:
Bob Ostertag (USA)
Timeghost (USA)
Wayan Mižu Sumitro (Slovakia)
Artmosf (Muara Enim)
RJML (Solo)
R.E.D (Singapore)
GHORA (Singapore)
Remon Red (Jakarta)
Division Fracture (Jakarta)
Annisa of Sarana (Samarinda)
KVMSY (Bandung/YK)
Gigih Kurnia (Ponorogo)
Lintang Radittya of Kenalirangkai Pakai
Coffee Faith
Palasick
Satya Prapanca
Menstrual Synthdrone
Opening act: Wounded Hand
VJ: 3GP
#JNBfest2016
Rayakan 17 Tahun, To Die Rilis QR Codes Dalam Bentuk Kartu Pos
Noise mungkin adalah sebuah genre yang masih diperdebatkan apakah itu termasuk musik atau tidak. Setidaknya sebuah skripsi dari Annamira Latuconsina, seorang mahasiswi ISI Yogyakarta jurusan Etnomusikologi yang membahas mengenai gerakan Jogja Noise Bombing dan Noise itu sendiri telah berhasil lolos uji. Terlepas apakah Noise itu termasuk musik atau bukan, patut dicatat bahwa skena Noise di Indonesia telah menyita perhatian dunia. Pertama, dengan rilisnya "Bising" sebuah film dokumenter yang mengulas tentang orang-orang yang bermain Noise di Indonesia. Film ini tercatat telah melanglang buana ke negeri Asia dan Eropa (Swiss, Hongkong, Jepang dll) melalui screening film dan pemutarannya di festival film independent.
Kemudian menyusul Jogja Noise Bombing yang merupakan sebuah aksi bermain Noise memakai alat sederhana dan dilakukan di tempat publik dengan "meminjam" aliran listrik yang tersedia di situ. Majalah musik luar negri semisal The Wire (Inggris) sempat mengulas tentang aktifitas ini dan membuat banyak band/seniman Noise luar negri yang bertandang ke Yogyakarta untuk beraksi di acara tersebut maupun di festival tahunan-nya, Jogja Noise Bombing Festival.
Salah satu dari beberapa inisiator Jogja Noise Bombing adalah To Die. Berdiri pada era 1998, To Die berasal dari skena musik Hardcore Punk yang kemudian ber-evolusi menjadi sebuah kolektif ber-attitude Punk yang ber-eksperimen dengan bebunyian. Terkadang bermain sebagai band dengan formasi trio bass, drum dan vokal/elektronik, terkadang beraksi sendirian dengan synthesizer handmade bikinan Kenali Rangkai Pakai (pembuat alat handmade synthesizer dari Yogyakarta) dan bermacam efek pedal. To Die sendiri sering disebut sebagai salah satu jembatan penghubung antara skena musik Hardcore Punk dengan Experimental Noise di Indonesia.
Banyak bermain di acara skala kecil membuat kolektif ini tidak begitu dikenal. Tidak banyak yang mengetahui bahwa To Die pernah melakukan tour ke Bali, Kalimantan, Singapura, Malaysia dan Februari 2015 lalu ke Jepang. Begitupun dengan rilisan mereka yang susah didapatkan karena kebanyakan dirilis terbatas 20 - 100 buah/album karena keunikan rilisan mereka (note: pernah merilis kaset dalam wasah gupon burung dara) atau dirilis oleh label luar Indonesia. Selama era 1998 - 2015, To Die telah mengeluarkan hampir 170an rilisan mulai format digital, kaset, cd, dvd, vinyl, 3" cd, biz card sampai lathe cut yang dirilis oleh records label mulai dari Trenggalek, Kerinci, Blitar, Samarinda, Denpasar, Jakarta juga records label dari Malaysia, Ecuador, Jepang, Brazil, USA, Italia sampai Prancis dan lainnya.
Kemudian menyusul Jogja Noise Bombing yang merupakan sebuah aksi bermain Noise memakai alat sederhana dan dilakukan di tempat publik dengan "meminjam" aliran listrik yang tersedia di situ. Majalah musik luar negri semisal The Wire (Inggris) sempat mengulas tentang aktifitas ini dan membuat banyak band/seniman Noise luar negri yang bertandang ke Yogyakarta untuk beraksi di acara tersebut maupun di festival tahunan-nya, Jogja Noise Bombing Festival.
Salah satu dari beberapa inisiator Jogja Noise Bombing adalah To Die. Berdiri pada era 1998, To Die berasal dari skena musik Hardcore Punk yang kemudian ber-evolusi menjadi sebuah kolektif ber-attitude Punk yang ber-eksperimen dengan bebunyian. Terkadang bermain sebagai band dengan formasi trio bass, drum dan vokal/elektronik, terkadang beraksi sendirian dengan synthesizer handmade bikinan Kenali Rangkai Pakai (pembuat alat handmade synthesizer dari Yogyakarta) dan bermacam efek pedal. To Die sendiri sering disebut sebagai salah satu jembatan penghubung antara skena musik Hardcore Punk dengan Experimental Noise di Indonesia.
Banyak bermain di acara skala kecil membuat kolektif ini tidak begitu dikenal. Tidak banyak yang mengetahui bahwa To Die pernah melakukan tour ke Bali, Kalimantan, Singapura, Malaysia dan Februari 2015 lalu ke Jepang. Begitupun dengan rilisan mereka yang susah didapatkan karena kebanyakan dirilis terbatas 20 - 100 buah/album karena keunikan rilisan mereka (note: pernah merilis kaset dalam wasah gupon burung dara) atau dirilis oleh label luar Indonesia. Selama era 1998 - 2015, To Die telah mengeluarkan hampir 170an rilisan mulai format digital, kaset, cd, dvd, vinyl, 3" cd, biz card sampai lathe cut yang dirilis oleh records label mulai dari Trenggalek, Kerinci, Blitar, Samarinda, Denpasar, Jakarta juga records label dari Malaysia, Ecuador, Jepang, Brazil, USA, Italia sampai Prancis dan lainnya.
Untuk merayakan 17 tahun berdirinya To Die, Relamati Records bekerjasama dengan Mindblasting Netlabel akan merilis sebuah QR Codes (kode unduh file digital yang bisa di scan dengan smartphone) berisi 1 single terbaru To Die yang berdurasi 17 menit. QR Codes To Die sendiri akan dicetak ke dalam kartu pos dimana terdapat gambar desain hasil karya 17 seniman yang pernah membuat karya untuk kover To Die selama ini.
Ke 17 seniman tersebut adalah:
M Ikbal Arifin Suradi (Bandung)
Jali "Trollyart" (Samarinda)
Krisna Widhiatama (Yogyakarta)
Istanara Julias (Samarinda)
Kaktuz "Simbah" (Yogyakarta)
Nan Guazi (China)
Yogi Obluda (Yogyakarta/Jakarta)
Jojo "Astrojoo" (Samarinda)
Barathadanu (Bandung)
Budi "Bubee" Wibowo (Solo)
Ikbal Tawaqal (Bandung)
Pepeng "Kucing Liar" (Yogyakarta)
Nurify Basuki "Pipit" (Yogyakarta)
Triaji Permadi (Malang)
Wednes Mandra (Yogyakarta)
R. Yudha Saputra (Yogyakarta)
King Of Coma (Jerman)
Setiap desain kartu pos tersebut hanya akan dicetak sebanyak 17 buah/desain dan dijual seharga Rp.17.000/buah lengkap dengan perangko yang akan dikirimkan ke setiap pemesan layaknya sebuah kartu pos. Rilisan ini akan resmi dilepas ke pasaran pada tanggal 17 Desember 2015.
Pemesanan bisa menghubungi:
[email protected]
Ke 17 seniman tersebut adalah:
M Ikbal Arifin Suradi (Bandung)
Jali "Trollyart" (Samarinda)
Krisna Widhiatama (Yogyakarta)
Istanara Julias (Samarinda)
Kaktuz "Simbah" (Yogyakarta)
Nan Guazi (China)
Yogi Obluda (Yogyakarta/Jakarta)
Jojo "Astrojoo" (Samarinda)
Barathadanu (Bandung)
Budi "Bubee" Wibowo (Solo)
Ikbal Tawaqal (Bandung)
Pepeng "Kucing Liar" (Yogyakarta)
Nurify Basuki "Pipit" (Yogyakarta)
Triaji Permadi (Malang)
Wednes Mandra (Yogyakarta)
R. Yudha Saputra (Yogyakarta)
King Of Coma (Jerman)
Setiap desain kartu pos tersebut hanya akan dicetak sebanyak 17 buah/desain dan dijual seharga Rp.17.000/buah lengkap dengan perangko yang akan dikirimkan ke setiap pemesan layaknya sebuah kartu pos. Rilisan ini akan resmi dilepas ke pasaran pada tanggal 17 Desember 2015.
Pemesanan bisa menghubungi:
[email protected]
Review EP JODI IN THE MORNING GLORY PARADE - “Every Morning We Must Say Good Morning “
HOLA! Yap! hari ini kita bakal ngereview lagi sebuah album dari JODI IN THE MORNING GLORY PARADE - “Every Morning We Must Say Good Morning “EP ! yang bakal direview oleh duo Gerpfast Ari CK dan Pandu, langsung sikat dahhh...
Jodi in The Morning Glory Parade adalah band indie pop/summer pop dari kota kembang alias Bandung. Dengan Members: Jodi Setiawan, Sahid Maulana, Citra Winitya, Herald Reynaldo, dan Paramitha Citta Prabaswara serta Santika Syaravina (Vocal on “Hail to Sail”). Album “Every Morning We Must Say Good Morning “EP ini dirilis oleh Nanaba Records, rilisan ulang dari versi 2009 dalam format CD. Sebuah album dengan adisional 2 Live Recording songs secara terbatas.
Sebuah album format tape dengan berisikan secarik kertas berbonus link download digital ini memang sangat menarik. Artwork berwarna dominan kuning yang saya rasa secara psikologi warna memang menjelaskan tentang lagu serta konsep-konsep mereka. Artwork doodle watercolor dengan benda-benda yang dimana terdapat judul-judul urutan lagu mereka di album ini juga kreatif. It’s so funny and it’s make us so fun.
Album yang dimulai dengan intro yang sendu nan aduhai lalu dilanjutkan dengan lagu pertama “Good Morning”, yeaaah good morning for first song and it’s good place for these album’s name. kalian emang jos gandoos! Memasuki lagu yang ceria dan sangat cocok untuk memulai pagi kita yang indah. Lirik yang mudah dihafal dan kita semua pasti pernah mengalaminya ini simply so beauty kalau saya bilang. Berlanjut ke lagu kedua “Time”. Lagu ini keren dan jika kita memahami liriknya lagu ini sangat bermanfaat. Mengerti bagaimana kita menghargai dan bagaimana dengan waktu yang telah pergi dan yang akan datang serta apakah waktu itu. Jika di lagu sebelumnya ‘ceria’ maka lagu ini lebih ke ‘keki’. Menuju lagu ke tiga “Hail to Sail” dimana ada mbak Santika Syaravina yang juga mengisi vocal, vocalnya menyenangkan dan so swiiing. Permainan harmonica di lagu ini juga menambah warna dalam album yang ceria ini. Lagu ramah yang sangat cocok untuk didengarkan sembari bersantai ria.
Itu tadi side A sekarang kita terputer side B. langsung dipersembahkan lagu berjudul “Sun Flower”, ngomong-ngomong di artwork ada gambar bunga matahari bertuliskan “05. Sun Flower” dan saya suka kreativitas itu. Lagu ini pernah masuk dalam kompilasi “Day to Embrace. Indonesia Indiepop Scene”. Di lagu ke 6-7 adalah lagu bonus track (Live Recording Version). Lagu ke 6 “Kumala” adalah lagu yang keki dan ceria, komposisi yang pas. Kalau saya amati di liriknya Kumala adalah nama seorang perempuan dan lirik lagu ini ditulis secara sederhana, sesederhana seperti bagaimana kita cinta kepada seseorang. Ciiieeeee~ yeeep lagu terakhir di album ini “To The Girl That I Can’t Talk To”. Dari judulnya kita sudah tau lagu ini bercerita tentang apa, bukan soal Godzilla yang melawan Megaloman pastinya… yoooo lagu ini meski judulnya begitu lagu ini sangat ceria yoooo. Dimulai dengan nada-nada yang menghepikan dan diakhiri dengan ceriapula, bisa saya bayangkan mas Jodi yang wajahnya senang sumringah kala itu.
Yep itu laaah JODI IN THE MORNING GLORY PARADE dengan album “Every Morning We Must Say Good Morning “EP. Oh iya Album ini diakhiri tulisan “Thank You :)” pada artworknya, dan buat kalian yang sudah mendengarkan juga musti lebih berterima kasih lagi kepada mereka. Karena mereka telah menghadirkan karya yang keren menuju telinga kalian hingga keceriaan kita semua.
Salam hangat buat JODI IN THE MORNING GLORY PARADE. In million sounds we’ve heard you’re so cool to make us so pride have indie pop band like you. Regards :)
Review by: Ari CK
___________________________________________________________________________________________________________________
“Yang saya putar ini bener albumnya Jodi In The Morning Glory Parade kan? Saya gk salah kaset nih?”
Pertanyaan-pertanyaan itu langsung muncul dibenak saya waktu masuk dilagu "Good Morning",
Ini The Beatles???
BUKAN!! Ini Jodi In The Morning Glory Parade!
Mungkinkah band ini hasil dari kawin silang antara The Beatles dengan Baby Eats Crackers? Folk British Summer Pop?
Jika iya, maka ini sebuah fusion yang sangat sempurna menurut saya.
Diawal lagu kita akan mendengarkan sebuah genjrengan gitar diiringi dengan synth yang akan membawa kita ke era 70an hanya hitam & putih, dilanjut dengan ketukan drum yang akan langsung menculik kita ke musim panas yang sangat indah dimana matahari bersinar cerah, kicauan burung, hembusan angin yang seakan mengajak kita agar segera bangun dari tempat tidur dan berlarian ditaman bersama kekasih.
Good Morning, Good Day Shine
The Birds Are Calling You
Wake Up Now, Wake Up Now
Take Me To The Tour
To Your Heart, To Your Dreams
Let Me Be Your Guide ~
Dilanjut lagu ketiga dan keempat di Side A ini “TIME” & “Hail To Sail”.
Saya masih merasakan feel yang sama seperti lagu sebelumnya, Musim Panas Di Inggris. Vokal dari Jodi Setiawan dan Santika Syaravina berhasil menutup Side A dengan sangat sangat manis di lagu “Hail To Sail”, dilagu ini sangat terasa sekali nuansa folknya.
Suasana yang sangat berbeda setelah saya mengganti ke Side B dan mulai masuk dilagu “Sun Flower”, saya langsung teringat dengan lagu “Wonderwall” dari Oasis.
INI OASIS kan?!?
Dan lagi-lagi jawabannya, BUKAN!! Ini Jodi In The Morning Glory Parade!
Salut buat band ini yang bisa merubah suasana di tiap lagu dan di tiap sidenya dengan cara mereka sendiri, dan masih konsisten dengan nuansa folk dan summernya.
Saya langsung jatuh cinta sama band ini pada pendengaran pertama dan beberapa lirik di album ini banyak yang terjadi di hidup saya dan mungkin kalian semua, seperti di lagu “Sun Flower” dan “To The Girl That I Cant Talk To”.
Buat kalian yang suka dengan genre folk, summerpop, sedikit bumbu jazz seperti band Baby Eats Crackers. Linus Blanket, Mocca, Summer In Viena, kalian WAJIB buat beli album ini dan kalian gk bakal nyesel *bakal nyesel kalo kehabisan kasetnya*.
Review by: Pandu
Jodi in The Morning Glory Parade adalah band indie pop/summer pop dari kota kembang alias Bandung. Dengan Members: Jodi Setiawan, Sahid Maulana, Citra Winitya, Herald Reynaldo, dan Paramitha Citta Prabaswara serta Santika Syaravina (Vocal on “Hail to Sail”). Album “Every Morning We Must Say Good Morning “EP ini dirilis oleh Nanaba Records, rilisan ulang dari versi 2009 dalam format CD. Sebuah album dengan adisional 2 Live Recording songs secara terbatas.
Sebuah album format tape dengan berisikan secarik kertas berbonus link download digital ini memang sangat menarik. Artwork berwarna dominan kuning yang saya rasa secara psikologi warna memang menjelaskan tentang lagu serta konsep-konsep mereka. Artwork doodle watercolor dengan benda-benda yang dimana terdapat judul-judul urutan lagu mereka di album ini juga kreatif. It’s so funny and it’s make us so fun.
Album yang dimulai dengan intro yang sendu nan aduhai lalu dilanjutkan dengan lagu pertama “Good Morning”, yeaaah good morning for first song and it’s good place for these album’s name. kalian emang jos gandoos! Memasuki lagu yang ceria dan sangat cocok untuk memulai pagi kita yang indah. Lirik yang mudah dihafal dan kita semua pasti pernah mengalaminya ini simply so beauty kalau saya bilang. Berlanjut ke lagu kedua “Time”. Lagu ini keren dan jika kita memahami liriknya lagu ini sangat bermanfaat. Mengerti bagaimana kita menghargai dan bagaimana dengan waktu yang telah pergi dan yang akan datang serta apakah waktu itu. Jika di lagu sebelumnya ‘ceria’ maka lagu ini lebih ke ‘keki’. Menuju lagu ke tiga “Hail to Sail” dimana ada mbak Santika Syaravina yang juga mengisi vocal, vocalnya menyenangkan dan so swiiing. Permainan harmonica di lagu ini juga menambah warna dalam album yang ceria ini. Lagu ramah yang sangat cocok untuk didengarkan sembari bersantai ria.
Itu tadi side A sekarang kita terputer side B. langsung dipersembahkan lagu berjudul “Sun Flower”, ngomong-ngomong di artwork ada gambar bunga matahari bertuliskan “05. Sun Flower” dan saya suka kreativitas itu. Lagu ini pernah masuk dalam kompilasi “Day to Embrace. Indonesia Indiepop Scene”. Di lagu ke 6-7 adalah lagu bonus track (Live Recording Version). Lagu ke 6 “Kumala” adalah lagu yang keki dan ceria, komposisi yang pas. Kalau saya amati di liriknya Kumala adalah nama seorang perempuan dan lirik lagu ini ditulis secara sederhana, sesederhana seperti bagaimana kita cinta kepada seseorang. Ciiieeeee~ yeeep lagu terakhir di album ini “To The Girl That I Can’t Talk To”. Dari judulnya kita sudah tau lagu ini bercerita tentang apa, bukan soal Godzilla yang melawan Megaloman pastinya… yoooo lagu ini meski judulnya begitu lagu ini sangat ceria yoooo. Dimulai dengan nada-nada yang menghepikan dan diakhiri dengan ceriapula, bisa saya bayangkan mas Jodi yang wajahnya senang sumringah kala itu.
Yep itu laaah JODI IN THE MORNING GLORY PARADE dengan album “Every Morning We Must Say Good Morning “EP. Oh iya Album ini diakhiri tulisan “Thank You :)” pada artworknya, dan buat kalian yang sudah mendengarkan juga musti lebih berterima kasih lagi kepada mereka. Karena mereka telah menghadirkan karya yang keren menuju telinga kalian hingga keceriaan kita semua.
Salam hangat buat JODI IN THE MORNING GLORY PARADE. In million sounds we’ve heard you’re so cool to make us so pride have indie pop band like you. Regards :)
Review by: Ari CK
___________________________________________________________________________________________________________________
“Yang saya putar ini bener albumnya Jodi In The Morning Glory Parade kan? Saya gk salah kaset nih?”
Pertanyaan-pertanyaan itu langsung muncul dibenak saya waktu masuk dilagu "Good Morning",
Ini The Beatles???
BUKAN!! Ini Jodi In The Morning Glory Parade!
Mungkinkah band ini hasil dari kawin silang antara The Beatles dengan Baby Eats Crackers? Folk British Summer Pop?
Jika iya, maka ini sebuah fusion yang sangat sempurna menurut saya.
Diawal lagu kita akan mendengarkan sebuah genjrengan gitar diiringi dengan synth yang akan membawa kita ke era 70an hanya hitam & putih, dilanjut dengan ketukan drum yang akan langsung menculik kita ke musim panas yang sangat indah dimana matahari bersinar cerah, kicauan burung, hembusan angin yang seakan mengajak kita agar segera bangun dari tempat tidur dan berlarian ditaman bersama kekasih.
Good Morning, Good Day Shine
The Birds Are Calling You
Wake Up Now, Wake Up Now
Take Me To The Tour
To Your Heart, To Your Dreams
Let Me Be Your Guide ~
Dilanjut lagu ketiga dan keempat di Side A ini “TIME” & “Hail To Sail”.
Saya masih merasakan feel yang sama seperti lagu sebelumnya, Musim Panas Di Inggris. Vokal dari Jodi Setiawan dan Santika Syaravina berhasil menutup Side A dengan sangat sangat manis di lagu “Hail To Sail”, dilagu ini sangat terasa sekali nuansa folknya.
Suasana yang sangat berbeda setelah saya mengganti ke Side B dan mulai masuk dilagu “Sun Flower”, saya langsung teringat dengan lagu “Wonderwall” dari Oasis.
INI OASIS kan?!?
Dan lagi-lagi jawabannya, BUKAN!! Ini Jodi In The Morning Glory Parade!
Salut buat band ini yang bisa merubah suasana di tiap lagu dan di tiap sidenya dengan cara mereka sendiri, dan masih konsisten dengan nuansa folk dan summernya.
Saya langsung jatuh cinta sama band ini pada pendengaran pertama dan beberapa lirik di album ini banyak yang terjadi di hidup saya dan mungkin kalian semua, seperti di lagu “Sun Flower” dan “To The Girl That I Cant Talk To”.
Buat kalian yang suka dengan genre folk, summerpop, sedikit bumbu jazz seperti band Baby Eats Crackers. Linus Blanket, Mocca, Summer In Viena, kalian WAJIB buat beli album ini dan kalian gk bakal nyesel *bakal nyesel kalo kehabisan kasetnya*.
Review by: Pandu
Review 3 Way Split - SUNYI
SUNYI - 3 Way Split Album
Featuring: Merico Abang, Yuuko Haii, Bergegas Mati
Released by: Gerpfast Kolektif, 2014
Di awal playlist kita akan disuguhi dengan noise blast dari Merico Abang (Project lawas dari mas-mas yang sangat keren dan gaul ini Ari CK (@Ari_Ck) dan M.Faris (@sirafm)) yang cukup membuat kita beristighfar sambil melontarkan ucapan-ucapan manis "WHAT THE FUCK!!, JANCOKKK, ANJING!!!".
Mungkin jika mendengarkan lagu pertama (Intro Cover) ini menggunakan headset, rasanya kita seperti berada ditengah kericuhan yang sangat ricuh dimana-mana api dan penjarahan, masyarakat yang saling pukul sembari melempar bom molotov.
Di track kedua (Kecemplung Kobokan), mungkin ini kisah salah satu personil Merico Abang yang pernah kecemplung dikobokan. Sound dilagu ini mengingatkan saya sebuah efek liquid di FL, yang bisa merubah sound noise kalian menjadi sebuah aliran air.
Dan spesialnya di split ini kita ada tamu dari Jepang, Yuuko Haii.
Kita kenal Yuuko Haii dari beberapa forum noise di facebook, yang membuat kita tertarik untuk mengajak mbak Yuuko ikutan di split ini selain project experimentalnya yaitu gaya manggungnya yang sangat tidak biasa
(bisa kalian cek di link ini: http://www.youtube.com/watch?v=4xUT5Z1SGbY&list=UUwa7JJx0VO4Yd0jtIfQ7vug&index=3 ).
Kalian bakal ngerti betapa chaosnya Yuuko kalo udah nonton video livenya diatas.
Waktu memasuki track 3 (Sutras) di split ini, kalian akan memasuki sebuah dimensi yang sangat berbeda dari track sebelumnya. Kalian akan mendengarkan sebuah alunan yang naik turun, suara seorang wanita yang semu-semu seperti sedang melakukan ritual dan petikan gitar ala rocker yang nyawanya sudah diujung lidah.
Begitu juga di track selanjutnya (Tsunami), mungkin Yuuko ingin menyampaikan perasaan bimbang, bingung, takut, saat jepang diterpa bencana tsunami dulu. Diiringi sound-sound ambigu dan noise yang membuat lagu ini semakin terasa kegaduhan dan ketakutan. Pejamkan mata lalu dengarkan lagu ini, kalian akan melihat orang-orang berlarian mencari & menyelamatkan keluarganya dari kejaran Tsunami.
Memasuki track ke 5 kita disuguhi teriakan-teriakan jihad diiringi noise yang semrawut dari Bergegas Mati, dengan judul JIHAD666. Mengapa 666? Mungkin Bergegas Mati ingin menyampaikan betapa banyaknya teroris yang mengatas namakan agama padahal ajaran mereka melenceng dari agama tersebut dan mereka lebih bengis dari iblis.
Cukup 13 detik untuk menyampaikan pesan abstrak kepada masyarakat dunia.
Pada track terakhir (Faktamorgana) “gosip itu film horor dan film horor itu hanya gosip” mungkin cocok dengan judul lagu ini dimana fakta/kenyataan sekarang hanyalah bagian-bagian dari fatamorgana dan oasis dipadang pasir. Dengan noise blast yang cukup sederhana di awal lagu ditambah dengan suara synth menambah suasana yang agak mencekam dan diakhir lagu kita akan mendengarkan omongan yang tidak jelas, mungkin lagu ini cocok buat opening acara-acara infotainment gosip di televisi.
Buat kalian yang belum download dan penasaran sama split album ini, bisa kalian download secara gratis & legal disini:
Via Bandcamp: https://gerpfastkolektif.bandcamp.com/album/sunyi-3-way-split
Via Archive.Org: https://archive.org/details/GerpfastKolektifSUNYI3WaySplit
Review by: Pandu
Review LOUDNESS WAR JUDGEMENT DAY!
VA - LOUDNESS WAR JUDGEMENT DAY
Theo Nugraha
Recehan di jalan
Pada lagu ini terdapat noise sounds dengan frekuensi yang tinggi, bagi mereka penggemar music noise atmosfer dalam lagu ini sangatlah tepat. Mulai dari beat yang pelan menuju frekuensi yang semakin akhir semakin liar, membuat saya merasa semakin menemukan “feel”nya. Pada akhir lagu music mulai faded out dan akhirnya lagu usai dengan feel yang bagi saya sangat membuat nyaman. Bagi kita lagu ini memang tepat untuk menjadi lagu pembuka dalam kompilasi loudness war judgement day
Ilalang
Oke di lagu ini disambut oleh suara gitar yang mendengung indah di telinga. Kemudian memasuki ambient yang membuat kita berasa melayang di lapangan yang penuh ilalang di senja yang terang. Semakin lama ambientnya semakin maha asyik, seru, dan nyaman. Pada durasi 03.39 suara gitar menjadi distorsi overdrive dengan gaya sound yang lo-fi. Perpaduan suara gitar yang lo-fi dengan ambient sangatlah serasi bagaikan amplop dan perangko. Akhir lagu sama seperti lagu sebelumnya yaitu faded out perlahan secara nikmat. Dan pada intinya feel dari lagu-lagu theo nugraha sangatlah maha asyik!!
Jeritan
Nychtophobia
Awal lagu ini kita akan langsung mendengarkan ketukan down tempo dengan sedikit delay dan juga beberapa thick ambient sound. Kemudian memasuki beberapa bagian yang lebih creepy lagi menurut saya soundnya, momen yang pas untuk judul lagu Nychtophobia! Bagi anda yg takut gelap ini lagu patut disajikan bersama makan malam anda, dijamin makin nikmat!
Dissonance
Yeeep lanjut ke lagu kedua milik jaritan, kali ini langsung berasa nuansa seremnya dan noisenya. Frekuensinya cukup tinggi dan sekelebat saya ingat merzbow. Noisenya liar dan dark. Pada durasi 01.46 mulai memasuki vocal menjerit (mungkin oleh karena itu nama bandnya jeritan). Semakin lama noise, frekuensi, dan jeritannya semakin liar semakin huwaaaaargh (saya bingung menyebutnya, yang jelas bikin saya mau ikut menjerit juga). Di akhir lagu semuanya mulai memburam hilang hingga akhirnya tersisa suara ambient bass yang cukup mengena di telinga. Lagu ini keren karena telah dapat membuat saya ingin ikut menjerit. Suangaaaar!!
Astrojo
karmila
Lagu karmila (namanya mengingatkan saya akan lagu dangdut kesukaan teman saya ujik sewaktu smp). 8-bit chiptune alirannya maka tak heran berasa seperti video game, merasa saya bernostalgia sewaktu masa main game console spica dulu. Pada durasi 00.56 sudah memasuki beat yg menurut saya sangat seru dan terus memasuki feel yg sangat maha asyik sekali tentunya. Pada 01.41 semakin sangat seru dengan masuknya sound 8-bit yg semakin fariatif dan terus berlanjut sehingga semakin lama semakin seru sekali. Semoga untuk lagu ini dapat direkomendasikan kepada Atari untuk game perang luar angkasa hahaha
Dungeoun No. 99
Yeaaaah lagu ini bikin saya berdisko hula-hula dungeon fantasi. Lagu yg menyenangkan sekali dan ceria bahagia sentosa jiwa raga. Lagu ini juga sangat fariatif sound 8-bitnya. Feel yg saya dapat ketika pertama kali mendengarkan lagu ini berasa seperti ingin senam aerobic ala game Olimpiade di console sega/Nintendo dulu (game yg sulit-sulit gampang itu). Okey kembali lagi ke lagu, nah pas di akhiran lagu tinggal 1 lead sound yg cukup tajam ke telinga dan lagu ini diakhiri dengan suara sinyal kotak. Yuuup lagu ini telah memikat hati masa kecil belia kita dulu.
Sabrina
Thrusday
Lagu yang berjudul sebuah hari dalam seminggu versi bahasa inggris juga gak kalah menarik. Ketukannya seru berasa dnb diiringi oleh sound ambient yg cukup harmonis racikannya, kalau saya bilang seperti setelah makan rujak cingur special lalu minum es teh. Di tengah lagu memasuki momentum noise yg asyik ilakes kemudian dentuman bass dan beberapa suara ambient disana-disini tetap membuat lagu ini semakin nyaman di telinga dan hati. Lagu yg berdurasi 3.35 ini saya bilang bagus sekali karena secara keseluruhan lagu ini harmonis dan seru, seperti rujak cingur dan es teh menu yg pas!
Dark Water
“Waaaaah ini dia dark ambient yg menyambut saya”, awal lagu saya sudah bilang begitu. Judul lagu dark water juga berasa karena ada suara yg mirip arus air. Arus air+dark ambient= dark water, bener banget deh judulnya. Semakin lama suara yg dihasilkan dalam lagu ini semakin membuat suasana so dark disusul oleh suara tajam semi memimpin. Yang paling menarik adalah suara gadis yg memikat hati saya, oh nona Sabrina apakah ini engkau? Suaranya sangat membuat telinga saya nyaman senyaman dalam pangkuan ibunda saya. Jadi lagu ini telah berhasil membuat kita ingin menjadi anak yang ingin ditimang nyaman oleh hasil karya Sabrina. Suangar lop ugale! (keren sekali lagunya!).
Prolyphonic
BRA (Broken Rainbow)
BRA alias broken rainbow (singkatan yg seru) adalah lagu dari Prolyphonic yg diawal lagu kita sudah disuguhi oleh suara delayed strings yang kemudian masuk ketukan drum yg oke punya. Sound shoegazing dari string menghasilkan electrogaze yang suip. Pada menit ke 2 bass drumnya yahuud dredet dredededet. Dan menit ketiga saya semakin suka gaya drumnya serta suara tiup yg juga menarik sekali. Saya sempat ndangak-ndingik saat mengikuti alunannya. Lagu ditutup oleh suara string yg juga delay. Kaneeee enaaaaak iniiiii!!!
RAR (Rainbow After Rain)
Judul lagu kedua milik Prolyphonic masih berupa singkatan yg mirip format dalam computer dan masih tentang pelangi. Awal lagu kita sudah disambut oleh suara petikan senar yg indah sangat tepat untuk judul lagu yg mengandung pelangi memang. 00.45 memasuki feel yg lebih enak lagi, nyaman dan keren. Semakin lama beat dalam lagu ini semakin membuat kita ingin berdansa “berdansa di bawah pelangi setelah hujan uuoooooo~”. Lagu yg enak dan patut anda sekalian dimanapun berada yg diberkahi oleh Tuhan yg maha asyik untuk mendengarkannya.
Yaaaaaak itu dia review ugal-ugalan dari album VA - LOUDNESS WAR JUDGEMENT DAY (Blaaaaarr!!!). Hasil rilisan dari Loudness Record yg berkomposisi Theo Nugraha, Jeritan, Astrojo, Sabrina dan Prolyphonic. You must taste it, listen it, and feel it!
Review by : Ari CK